Bakal calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) DKI Jakarta 2017, Sandiaga Salahudin Uno mendatangi Pasar
Sumur Batu, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat pada Rabu (27/4).
Dalam pertemuan dengan para pedagang pasar tradisional tersebut
Sandi Uno yang juga mantan pengusaha sukses itu mendengarkan keluhan
pedagang kecil yang mengeluhkan semakin sepinya pembeli sehingga
menurunkan omset dagang mereka.
Mohlia (38), RT12/RW10, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Kemayoran
yang berjualan kue cucur di Pasar Tradisional yang sudah berdiri sejak
tahun 1977 itu mengaku omsetnya semakin menurun sejak dua tahun
terakhir.
"Saya sudah berkali-kali pindah lapak dagangan, dulu di Pasar
Serdang, lalu pindah ke sini karena lapak Pasar Sumur Batu karena
ditempat yang lama kena musibah kebakaran," ujar Mohlia, Rabu (27/4)
siang.
Menurutnya, saat ini banyak dari pedagang yang mengeluhkan tidak
memiliki lapak resmi karena harganya sudah tidak terjangkau meski banyak
lapak dan kios yang ada di pasar tradisional itu sudah kosong ditinggal
pemilik sebelumnya.
"Kita bisa apa mas, lah wong yang jualan di kios itu yang punya duit,
kalau rakyat kecil kayak kita ini ya paling jualan di emperan lorong
pasar, itu juga masih kena tagihan uang keamanan dari oknum petugas
pasar," tambahnya.
Ia berharap agar pemerintah juga memperhatikan nasib para pedagang
kecil seperti mereka dan tidak melulu mempermudah para pengusaha besar
dalam mengembangkan usaha mereka.
Hal serupa juga diungkapkan Sulastri (64), warga RT23/RW01, Kelurahan
Sunter Jaya, yang berjualan sayur mayur dan kebutuhan bumbu dapur bagi
ibu rumah tangga di lokasi tersebut.
"Saya dengar kios di pasar ini mau di renovasi oleh PD Pasar Jaya,
tapi sampai sekarang belum ada kejelasan dimana kami akan dipindahkan ke
lokasi dagang yang mana sembari menunggu pasar yang baru selesai
dirampungkan," ucapnya.
Wanita asal Klaten yang sudah belasan tahun berjualan di Pasar Sumur
Batu itu juga mengeluhkan belum adanya sosialisasi mengenai harga sewa
kios baru yang akan dibangun dalam waktu dekat itu.
"Kami sampai sekarang belum dengar berapa harga sewa kios yang baru,
orang pasar juga baru mendata saja, tapi tidak sampai memberitahu teknis
kapan gedung baru selesai dibangun dan berapa biaya sewa per bulannya,"
ungkap Sulastri.
Menanggapi hal tersebut, Sandi Uno yang juga menjabat sebagai Ketua
Umum DPP Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), mengaku
akan memperjuangankan nasib para pedagang kecil dengan menyediakan lahan
berjualan yang legal dengan harga sewa terjangkau.
"Masih banyak pasar tradisional di Jakarta yang kondisinya sangat
memprihatinkan dan butuh segera direnovasi, harapan kami agar pihak
pengelola pasar benar-benar melakukan revitalisasi dengan melakukan
renovasi pasar sehingga lebih layak menjadi tempat berjualan," ujar
Sandiaga.
Sedangkan terkait keluhan para pedagang yang mennyebutkan dagangan
semakin sepi dan omset berkurang, Sandi menawarkan sosialisasi
penggunaan teknologi informasi seperti melalui aplikasi online ataupun
sejenis sehingga bisa memperluas pangsa pasar.
"Banyak juga pedagang yang terjerat bunga rentenir sangat tinggi, itu
kita berikan bantuan modal dengan bekerja sama melalui lembaga syariah
mikro yang bunganya jauh lebih rendah dibandingkan rentenir dengan
syarat yang dipermudah," tambah Uno.
Ia mengaku akan melakukan perubahan dan revitalisasi di seluruh pasar
tradisional dengan mengumpulkan aspirasi dari seluruh pedagang di DKI
Jakarta dan menjadi bahan masukan bagi kebijakan pemerintah saat ini.
Menurut hasil pengamatan Suara Pembaruan di lokasi, kehadiran Sandi
Uno yang datang sejak Pukul 09.55 WIB datang dengan menggunakan angkutan
umum bemo berbahan bakar jenis BBG.
Ia menyusuri seluruh lapak dan lorong di Pasar Sumur Batu serta
berinteraksi dengan para pedagang dan mendengarkan keluhan yang mereka
sampaikan kepadanya.
Beberapa ibu rumah tangga juga mengerumuni politisi Gerindra tersebut
dan meminta agar dirinya diperbolehkan berfoto selfie bersama mantan
pemilik Saratoga Investama Sedaya yang namanya sempat tercantum di
dokumen Panama Papers itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar