Hari ini Pak Sandiaga S. Uno kembali mengupdate halaman Facebook hari ini (05/04/2016). Kali ini beliau menuliskan alasannya mundur dari kegiatan bisnis yang telah digelutinya selama dua puluh (20) tahun.
Berikut kutipannya yang berhasil di ambil dari halaman Facebook Pak Sandiaga Salahuddin Uno :
==========
Sebelum pindah ke jalur politik, saya secara khusus meminta izin dan doa restu kepada ibu saya.
Terus terang saya cukup kaget ketika ibu ternyata memperbolehkan saya
terjun ke politik. Padahal sebelum-sebelumnya tidak demikian.
Rupanya sebelum saya datang meminta izin, Pak Prabowo sudah menelpon
ibu saya terlebih dahulu. Beliau yang membujuk ibu saya supaya
mengizinkan anaknya berpolitik.
Langkah berikutnya, saya harus meyakinkan isteri dan anak-anak. Bahwa mereka harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Baik itu berita negatif, mundur dari bisnis, atau apapun itu.
Semua proses tersebut dijalani satu persatu, hingga sampailah seperti sekarang ini.
Jabatan pimpinan perusahaan sudah hampir dua puluh tahun saya emban. Ketika saya memilih masuk ke partai politik, saya sadar bahwa aktivitas politik saya ini tidak sebaiknya bercampur dengan aktivitas bisnis saya. Mengapa?
Kalau saya tidak segera mundur dan membuat batasan yang jelas antara posisi saya sebagai pengusaha atau politisi, maka posisi saya dipolitik sangat rawan memanfaatkan segala jalur untuk mempengaruhi kebijakan yang menguntungkan bisnis saya.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat sampai sekarang dari Lord Acton, "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely."
Tentu saja ini bukanlah hal yang saya harapkan. Sejak era reformasi 98, Kita semua berharap bahwa keputusan politik yang lahir adalah berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. Bukan kepentingan segelintir kelompok.
Pengalaman saya selama 20 tahun didunia usaha, memberi bekal yang sangat penting untuk dapat membaca perilaku yang selama ini sering dilakukan para pengusaha dan insan politik. Dan bagaimana meningkatkan posisi tawar sehingga bisa mendapatkan kesepakatan yang terbaik.
Yang namanya dunia usaha, apa yang mereka lakukan tidak sepenuhnya salah. Karena mereka punya target untuk bertumbuh.
Naluri alami para pelaku usaha memang untuk mencari peluang dan berkembang.
Kuncinya adalah: yang pertama harus diingat bahwa tidak bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan kita. Ada nilai-nilai yang harus tetap dijaga pada tataran ideal.
Pengalaman saya didunia usaha juga penuh dinamika. Sebagian orang ada yang punya penafsiran positif, namun ada pula yang sebaliknya. Saya tidak bisa menyalahkan mereka yang berpikir negatif. Itu pilihan sudut pandang yang mereka ambil.
Yang kedua, bisnis dan politik memang saling membutuhkan dukungan. Namun juga harus tetap dijaga independensi dan akuntabilitasnya. Kontrol publik sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Sekali lagi, proses politik yang saya jalani saat ini bukanlah tentang diri saya sendiri. Namun bagaimana memberi contoh pada generasi mendatang, hubungan politik dan sektor usaha yang sehat dan sinergis. Bukan lagi transaksional semata.
Suber Kutipan
Langkah berikutnya, saya harus meyakinkan isteri dan anak-anak. Bahwa mereka harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Baik itu berita negatif, mundur dari bisnis, atau apapun itu.
Semua proses tersebut dijalani satu persatu, hingga sampailah seperti sekarang ini.
Jabatan pimpinan perusahaan sudah hampir dua puluh tahun saya emban. Ketika saya memilih masuk ke partai politik, saya sadar bahwa aktivitas politik saya ini tidak sebaiknya bercampur dengan aktivitas bisnis saya. Mengapa?
Kalau saya tidak segera mundur dan membuat batasan yang jelas antara posisi saya sebagai pengusaha atau politisi, maka posisi saya dipolitik sangat rawan memanfaatkan segala jalur untuk mempengaruhi kebijakan yang menguntungkan bisnis saya.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat sampai sekarang dari Lord Acton, "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely."
Tentu saja ini bukanlah hal yang saya harapkan. Sejak era reformasi 98, Kita semua berharap bahwa keputusan politik yang lahir adalah berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. Bukan kepentingan segelintir kelompok.
Pengalaman saya selama 20 tahun didunia usaha, memberi bekal yang sangat penting untuk dapat membaca perilaku yang selama ini sering dilakukan para pengusaha dan insan politik. Dan bagaimana meningkatkan posisi tawar sehingga bisa mendapatkan kesepakatan yang terbaik.
Yang namanya dunia usaha, apa yang mereka lakukan tidak sepenuhnya salah. Karena mereka punya target untuk bertumbuh.
Naluri alami para pelaku usaha memang untuk mencari peluang dan berkembang.
Kuncinya adalah: yang pertama harus diingat bahwa tidak bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan kita. Ada nilai-nilai yang harus tetap dijaga pada tataran ideal.
Pengalaman saya didunia usaha juga penuh dinamika. Sebagian orang ada yang punya penafsiran positif, namun ada pula yang sebaliknya. Saya tidak bisa menyalahkan mereka yang berpikir negatif. Itu pilihan sudut pandang yang mereka ambil.
Yang kedua, bisnis dan politik memang saling membutuhkan dukungan. Namun juga harus tetap dijaga independensi dan akuntabilitasnya. Kontrol publik sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Sekali lagi, proses politik yang saya jalani saat ini bukanlah tentang diri saya sendiri. Namun bagaimana memberi contoh pada generasi mendatang, hubungan politik dan sektor usaha yang sehat dan sinergis. Bukan lagi transaksional semata.
Suber Kutipan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar