Sandi Uno Untuk Jakarta Baru

Sandi Uno Untuk Jakarta Baru
Santun dalam berdemokrasi adalah hal utama #DemokrasiSejuk

Kamis, 07 April 2016

Biografi Mien R. Uno (Ibunda Sandiaga S. Uno)

Beberapa bulan ini, walau pilkada DKI Jakarta masih jauh dari jangkauan, beberapa nama yang dijagokan atau di kandidatkan sebagai  calon Gubernur Ibu Kota Negera Indonesia ini mulai bermunculan. Salah satu nama yang cukup mencuat dan cepat terangkat baik di media cetak, on line maupun media sosial adalah Sandiaga Salahuddin Uno. Fenomena relawanpun yang mendukung beliau juga mulai menampakkan diri.

Setelah kita mengenal secara singkat siapa Sandiaga S. Uno (Baca : BIOGRAFI SANDIAGA UNO), pasti kita penasaran dengan orang tua yang telah berhasil mendidik beliau sampai seberhasil sekarang. Disini kita akan bahas sang Ibunda Sandiaga S. Uno yaitu Mien R. Uno.


Mien R. Uno lahir pada 23 Mei 1941 di Indramayu, Jawa Barat dengan nama Rachimini Rachman. Kedua orang tuanya sama-sama berprofesi sebagai guru di zaman penjajahan Belanda. Satu hal penting dalam mendidik anak yang masih diingat dari kedua orangtuanya, adalah tidak membeda-bedakan gender. "Orang tua saya tidak membeda-bedakan pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan," kenang wanita yang tidak menyukai novel ini.

Ia masih ingat benar, bagaimana sang adik, Arif Rachman, yang kini dikenal sebagai pakar pendidikan, ketika masih kecil sempat belajar menari atau kegiatan khas perempuan lainnya. Mungkin dalam keluarga lain, hal itu terbilang tak lazim atau bahkan tabu. Namun tidak bagi keluarga Mien, yang tak memberi batasan bagi anak-anaknya untuk belajar berdasarkan jenis kelamin. Menurut Mien, gender itu hanya pandangan dari sudut budaya. Didikan orang tua yang membebaskan semua anak-anaknya menekuni semua bidang pendidikan, itulah yang ia tanamkan dalam hidupnya.

Mien yang sejak kecil telah akrab dengan dunia pendidikan pada akhirnya mengikuti jejak orangtuanya. Dari sekian banyak sekolah calon guru, Mien yang merintis karirnya sebagai pendidik sejak tamat dari SMP ini kemudian melanjutkan studi ke Sekolah Pendidikan Guru (SGA) di Bogor. "Sejak kecil, saya sudah dibiasakan untuk memilih sendiri apa yang saya sukai. Dengan cara ini saya dididik untuk menghidupi diri saya dengan kemampuan saya sendiri," aku nenek empat cucu yang gemar nonton film ini.

Setelah menamatkan pendidikannya di SGA, ia melanjutkan studinya ke IKIP Negeri Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) dan mengambil jurusan Administrasi Pendidikan. Pada tahun 1965, Mien Uno menyelesaikan studinya. Semasa kuliah, ia sudah mengaktualisasikan dirinya dengan memberikan pelajaran kepada anak-anak dengan imbalan tertentu. Tak heran, meski belum lulus kuliah, ia sudah memiliki penghasilan sendiri.
Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, ia bertemu dengan seorang pria keturunan Gorontalo yang kini menjadi pasangan hidupnya, Ir. Razif Halik Uno. Keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua putra, yakni Indra Cahya Uno dan Sandiaga Uno.

Di masa awal kehidupannya sebagai istri Razif Uno atau yang biasa disapa Henk, Mien sempat tinggal di Riau selama hampir 10 tahun mendampingi sang suami yang saat itu bekerja di perusahaan minyak Caltex Riau. Selama itu pula, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah menikmati statusnya sebagai ibu rumah tangga.

Hari-harinya mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar urusan rumah tangga setelah meninggalkan Riau dan pindah ke Jakarta. Sekitar tahun 1975, ia belajar dan mengajar di lembaga Martha Tilaar Beauty and Gallery. Berkat keterlibatannya di lembaga tersebut, ibu dua putra ini dipercaya mengasuh acara Dunia wanita dan menjadi pemandu acara Lembaga Konsumen di TVRI.

Intensitas kesibukannya kian bertambah setelah aktif bergabung di berbagai organisasi. Mien pernah bergabung dengan Himpunan Pencinta Kain Tenun dan desainer batik (Wastraprema) di tahun 1976. Dua tahun berikutnya, ia bekerja sama dengan Bagong Kussudiardjo mendirikan Usaha Dagang desainer batik Bagong Kussudiardjo. Kemudian di tahun 1979, Mien Uno diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia).

Selain aktif berorganisasi, Mien juga banyak berkiprah dalam berbagai kegiatan di dunia pendidikan seperti menjadi penceramah dan pengajar. Tak jarang, ia juga menjadi konsultan public relations dan pemasaran di berbagai perusahaan swasta.

Tak hanya sukses dengan karirnya, ia juga terbilang berhasil menjalankan perannya sebagai seorang ibu dalam mendidik dua putranya. Anak bungsunya, Sandiaga Uno kini dikenal sebagai pengusaha muda sukses di Indonesia. Si sulung, Indra Cahya Uno, sukses bergelut di bidang teknologi. Fakta itu semakin membuktikan ungkapan yang mengatakan bahwa di balik kesuksesan seseorang pasti ada sosok wanita tangguh di belakangnya.

Mien berpendapat bahwa mendidik anak tidak sama dengan mencetak kue. "Kita nggak bisa mendidik semua anak dengan perlakuan yang sama. Mendidik anak harus dilakukan dengan sentuhan berbeda pada setiap anak," lanjutnya.

Selain itu, anak harus dilihat sebagai subjek, bukan objek. Dengan cara itulah, ia dapat melihat bakat kedua anaknya. Indra, diakui Mien Uno sangat menyukai dunia mekanik. Alhasil, Mien pun menyekolahkan Indra di bidang konstruksi pesawat terbang. Indra sempat masuk ke IPTN (dulu PT Dirgantara Indonesia) untuk menyalurkan bakatnya. Setelah PT DI mengalami kemunduran, Indra kemudian disekolahkan kembali di bidang manajemen ekonomi. Akan tetapi, dunia manajemen atau bisnis bukanlah dunia yang cocok untuk anak sulungnya itu. Setelah itu, Indra memutuskan untuk meneruskan studinya ke jenjang S3 di bidang Ilmu Resources.

Saat usianya sudah berkepala tujuh, Mien masih tetap bergelut dengan dunia pendidikan yang sudah sekian lama dicintainya. Mien memang sudah tak muda lagi, fisiknya pun sudah tak sekuat dulu. Akan tetapi ia enggan pensiun dari segala kegiatan yang digelutinya selama ini. "Sampai saat ini, saya masih mampu bekerja," ujarnya singkat seperti dikutip dari situs tabloid realita.

Selain Yayasan Mien Uno, wanita berkacamata ini juga memimpin Lembaga Pendidikan Duta Bangsa. Lewat Lembaga Pendidikan Duta Bangsa, ia ingin agar wanita menjadi berarti bagi dirinya dan lingkungannya. Perjuangan Mien Uno seakan melanjutkan cita-cita Mendirikan sekolah wanita di Jepara dan Rembang
Kartini dengan cara menanamkan etika dan pengembangan diri sebagai bekal agar bisa bersaing di era globalisasi. "Saya melanjutkan cita-cita Kartini yakni dengan memberdayakan perempuan. Tetapi, saya tidak hanya memberdayakan perempuan melainkan juga kaum laki-laki," tegas Mien Uno.

Di samping dua lembaga tadi, yang paling identik dengan sosok Mien Uno adalah Sekolah Kepribadian John Robert Powers. Tak hanya mendidik dengan kata-kata, Mien juga mencerminkan ilmunya dalam kesehariannya. Usia senja tak serta merta membuatnya malas memperhatikan penampilan. Ia tetap tampil sebagai sosok wanita yang modis dengan riasan yang pas, pantas, dan berkelas.

Menurut Mien, memperhatikan penampilan merupakan salah satu dari tiga hal penting yang harus dimiliki setiap wanita yang dikenal dengan istilah 3B, yaitu behavior (berperilaku positif dan baik), brain (memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang tinggi, serta beauty (memiliki kecantikan dan kesehatan luar dalam). Menurut Mien, ketiga hal tersebut seyogyanya terus dipelihara terutama bagi para wanita yang aktif berbisnis. "Jangan sampai ada wanita pebisnis yang lihai mengurus bisnisnya tetapi tidak dapat menjaga ketiga B tersebut bagi dirinya," ujarnya.

Yang tak kalah penting dari sekadar tampilan fisik adalah etika. Sebagai pakar etika, ia kerap mengusung nilai-nilai etika dan pengembangan diri. Jadi, jangan heran jika tiap kali Mien Uno tampil dalam seminar, topik yang akan dibicarakan adalah masalah etika dan pengembangan diri bagi pria dan wanita.

Ketertarikan adik dari Rasyid Rachman ini dalam mengembangkan masalah etika berawal setelah ia menyadari bahwa etika memiliki landasan moral. Etika adalah perangkat tata cara pergaulan. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa etika mengatur bagaimana seseorang bergaul di masyarakat dan banyak berkembang karena ada faktor budaya dan pengalaman. Selain itu, etika bisa diterima di satu tempat, namun belum tentu bisa diterima di tempat lain.

Sedangkan moral, menurutnya, bersifat universal dan banyak kaitannya dengan hati nurani. Menurut Mien Uno, moral juga berkaitan sangat erat dengan agama. Diakuinya, orang yang memiliki penghayatan agama yang kuat niscaya memiliki falsafah moral yang kuat juga. Ia juga percaya, jika yang ditanam adalah kebaikan maka pada nantinya akan menuai kebaikan, begitu pula sebaliknya.

Meski masih disibukkan dengan berbagai kegiatan, Mien tak melupakan perannya sebagai istri, ibu dan nenek bagi suami, anak dan cucunya. Ia masih menyempatkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga besarnya. Anak-anak dan cucu-cucunya juga kerap datang ke rumah Mien untuk berkumpul dan bermain bersama. Terkadang Mien juga berkunjung ke rumah anak-anaknya untuk menengok keadaan cucu-cucunya tersebut.

Keluarga memang harta tak ternilai bagi seorang Mien Uno. Dikatakan Mien, ia dan seluruh anggota keluarga tak ubahnya sebuah tim yang saling bekerjasama dan memantau bakat masing-masing. Misalnya, saat ia diundang menjadi pembicara di sebuah seminar. Sebelum tampil mengungkapkan pandangan, ia terlebih dahulu mendiskusikan materi seminar bersama suami dan kedua anaknya. "Jadi, kita melakukan brainstorming," aku wanita yang hobi mengoleksi souvenir pernikahan, sepatu, dan asbak ini.

Selain menyampaikan pandangannya secara langsung dalam berbagai seminar, ia juga produktif dalam menghasilkan buku-buku tentang etika. Sebelum menelurkan buku-buku karangannya, ia kerap menulis kolom di beberapa media cetak Tanah Air. Goresan tangannya itu kemudian dikumpulkan dalam dua buah buku yang berjudul Cermin Diri I yang dirilis tahun 1991 yang kemudian disusul Cermin Diri II, dua tahun kemudian.

Sebagai seorang pendidik yang cukup dikenal masyarakat luas, perjalanan hidup dan karirnya juga pernah ditulis dalam sebuah buku biografi bertajuk Mien R. Uno, Menjadi Wanita Indonesia yang disusun oleh Herry Gendut Janarto pada tahun 1999.

Pada tahun 2005, Mien meluncurkan sebuah buku bertajuk Etiket Sukses Membawa Diri di Segala Kesempatan. Di dalam buku tersebut, ia bercerita tentang bagaimana seseorang menerapkan etika secara konsisten dan konsekuen. Menurutnya, salah satu contoh budaya buruk yang harus segera diperbaiki adalah budaya suap di dalam masyarakat Indonesia.

Empat tahun berselang, Mien kembali hadir dengan bukunya yang diberi judul Buku Pintar Etiket Untuk Remaja dengan subtitle Kiat Sukses Memasuki Pergaulan Modern. Acara peluncuran buku tersebut diadakan di Hotel Dharmawangsa pada 12 Agustus 2009.

Dedikasi yang seakan tak kenal lelah dan kontribusinya yang tak kunjung habis pada akhirnya membuahkan banyak penghargaan. Sejak tahun 1985, ia menerima berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Citra Abadi Pembangunan Nasional tahun 1996, Indonesian Women of The Year 1995, Citra Wanita Pembangunan Indonesia tahun 1994, Top Executive Indonesia 1992-1993, serta Public Figure tahun 1990 merupakan sebagian dari ratusan penghargaan yang tersimpan rapi di salah satu lemari di ruang kerjanya

ien R. Uno lahir pada 23 Mei 1941 di Indramayu, Jawa Barat dengan nama Rachimini Rachman. Kedua orang tuanya sama-sama berprofesi sebagai guru di zaman penjajahan Belanda. Satu hal penting dalam mendidik anak yang masih diingat dari kedua orangtuanya, adalah tidak membeda-bedakan gender. "Orang tua saya tidak membeda-bedakan pendidikan bagi laki-laki maupun Lihat Daftar Tokoh Perempuan
perempuan," kenang Lihat Daftar Tokoh Perempuan
wanita yang tidak menyukai novel ini.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/3386-pakar-etika-lintas-gender
Copyright © tokohindonesia.com
lahir pada 23 Mei 1941 di Indramayu, Jawa Barat dengan nama Rachimini Rachman. Kedua orang tuanya sama-sama berprofesi sebagai guru di zaman penjajahan Belanda. Satu hal penting dalam mendidik anak yang masih diingat dari kedua orangtuanya, adalah tidak membeda-bedakan gender. "Orang tua saya tidak membeda-bedakan pendidikan bagi laki-laki maupun Lihat Daftar Tokoh Perempuan
perempuan," kenang Lihat Daftar Tokoh Perempuan
wanita yang tidak menyukai novel ini.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/3386-pakar-etika-lintas-gender
Copyright © tokohindonesia.com
lahir pada 23 Mei 1941 di Indramayu, Jawa Barat dengan nama Rachimini Rachman. Kedua orang tuanya sama-sama berprofesi sebagai guru di zaman penjajahan Belanda. Satu hal penting dalam mendidik anak yang masih diingat dari kedua orangtuanya, adalah tidak membeda-bedakan gender. "Orang tua saya tidak membeda-bedakan pendidikan bagi laki-laki maupun Lihat Daftar Tokoh Perempuan
perempuan," kenang Lihat Daftar Tokoh Perempuan
wanita yang tidak menyukai novel ini.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/3386-pakar-etika-lintas-gender
Copyright © tokohindonesia.com

9 komentar:

  1. Mudah mudahan wong dermayu sing mimpin,lan inget kro wong dermayu,dolan Ng dermayu ora pa!

    BalasHapus
  2. Ayo bang sandi datang ke indramayu

    BalasHapus
  3. Dolan meng gabus pak. Engko tek suguhi blengep

    BalasHapus
  4. indramayu rindu pemimpin yg mampu mengemban Amanat rakyat,tdk dgn mengumbar janji,kpn turun ke indramayu,khusus pelosok pedesaan & kampung nelayan banyak keunikan asli indramayu.

    BalasHapus
  5. Sy bangga putra ibu Mein R Uno,kuwat menjalankan Amanah dari Allah SWT untuk mengembalikan kesuburan,kemakmuran & kesejahteraan Indonesia Raya.

    BalasHapus
  6. mo tanya bang Sandi..apa Bunda dulu Alumni SMP 2 Bogor

    BalasHapus
  7. Ayo pak sandi main ke Indramayu..tanah kelahiran ibu tercinta..

    BalasHapus
  8. senang sekaligus bangga ternyata di balik kesuksesan anak ada sosok ibu kelahiran indramayu.jgn lupakan tanah kelahiran ibu tercinta @mien uno.semoga kesuksesan selalu mengiringi bang sandi uno untuk jadi wapres 2019-2024 ..salamšŸ¤šdari warga indramayu.

    BalasHapus